Saat Tidak Tahu Sedang Kuatir

Tadi pagi saya menggambar gambar di atas. Terlihat seperti apa? Tafsirkan masing-masing saja ya hehehe.

Beberapa hari ini saya merasa seperti dijerat dan diikat begitu ketat hingga tidak berdaya. Saya pikir masalahnya adalah keuangan. Tapi saat keuangan membaik, saya tetap merasakan jerat itu. Saya sulit mengucap syukur, sulit bersukacita, dada terasa engap. Sesak seperti ada yang mendorong ingin keluar.

Lalu beberapa menit yang lalu saya bertanya pada Mama kondisi Paman saya yang sedang sakit, tiba-tiba saya langsung merasakan kelepasan. Mewek dan mengucap syukur berkali-kali. Seketika jerat itu terasa lepas. Gumpalan di dada saya tumpah.

Ternyata itulah sumber kegundahan hati saya. Ternyata itulah pencuri damai sejahtera saya. Saya tidak tahu kalau saya sedang kuatir.

Beberapa hari lalu saya mendapat kabar kalau Paman saya masuk iCU karena serangan jantung. Respon saya datar dan memohon pada Tuhan kesembuhan beliau dalam doa. Tapi ternyata saya masih kuatir. Ada keinginan saya yang tidak bisa saya penuhi. Saya tidak bisa berada di sisi beliau, tidak bisa berada di dekat Bibi, Mama dan adik saya untuk memegang tangan mereka. Situasi seperti itu membuat saya frustasi.

Frustasi yang sama saat Opung saya wafat tanpa bisa temui lebih dulu. Frustasi yang sama saat Mama di rumah sendirian tidak ada teman. Saya frustasi, tapi tidak tahu.

Kadang-kadang kalau sudah begini saya jadi merasa bodoh. Saya sedih tidak jelas, marah tidak jelas. Waktu masalah membaik, saya baru sadar itu sumber masalah. Tapi saya sudah keburu berespon salah. Tidak jarang malah "ngambek" sama Tuhan.

Hal seperti ini tidak baik sudah pasti. Betapa sulitnya kita orang timur mengerti perasaan kita sendiri. Perasaan dan emosi yang tidak dikenali serta disalurkan dengan baik pasti akan merusak. Minimal merusak diri sendiri.

Semoga dengan kesadaran ini saya bisa belajar lebih mengelola emosi saya pribadi. Supaya Gi bisa lebih pintar mengelola dan mengekspresikan emosinya juga.

Menuliskan kejadian ini minimal menguatkan ingatan saya tentang rhem hari ini. Terima kasih pada Tuhan yang tidak pernah meninggalkan situasi-situasi galau saya.

Saya malu pada-Nya. Malu dan bersyukur.

1 Petrus 4:7 (TB)  Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.


0 Comments